Selasa, 20 Desember 2011

Kisah seorang anak yang sholeh


Dikisahkan dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh tentang Nabi Musa AS yang diminta jawaban atas suatu kasus pembunuhan. Alloh memerintahkan Nabi Musa AS supaya menyuruh Bani Isroil tersebut untuk mencari seekor sapi. Dibalik kisah itu, ada suatu kisah luar biasa yang berhubungan dengannya. Sungguh menyentuh hatiku saat mendengarnya.

Di suatu gubuk kecil, hiduplah seorang anak lelaki dan ibunya. Suami dari sang ibu sudah wafat sejak si anak masih kecil. Anak itu sangat patuh kepada ibunya, ia pun sungguh sholeh. Apa pun perintah ibunya, selalu ia turuti. Sikap anak tersebut tentunya adalah didikan sang ibu sejak kecil. Sang ibu termasuk wanita yang sholihah sekaligus ibu teladan. (Wow, aku terkagum-kagum pada sosok ibu ini. Ingin rasanya menjadi seperti wanita tersebut.)

Sang anak adalah seorang yang bijak. Ia membagi waktunya menjadi tiga.
Sepertiga untuk melayani ibunya, sepertiga untuk beribadah kepada Alloh, dan sisanya untuk mencari kayu
lalu dijual supaya mendapat uang. Uang hasil penjualan kayu itu pun ia bagi menjadi tiga.
Sepertiga untuk disedekahkan kepada orang yang membutuhkan, padahal ia sebenarnya termasuk miskin juga (wow!!!), sepertiga lagi untuk diberikan kepada ibunya, lalu sisanya untuk keperluan pribadinya.
Subhanalloh…

Suatu hari, ibunya memberikan wasiat dari almarhum ayah si anak, seekor sapi ajaib. Sapi inilah yang sedang dicari oleh Bani Isroil atas perintah Nabi Musa AS. Keberadaan sapi ajaib ini termasuk karomah dari Alloh atas kesholehan keluarga tersebut.
(Karomah = keistimewaan yang diberikan kepada orang-orang sholeh, biasanya adalah sesuatu yang tidak dapat dinalar dan terlihat tidak mungkin)
“Panggillah nama sapi itu, dia akan mendatangimu dengan sendirinya.” Begitu suruh sang ibu.
Karena kepatuhan anak lelaki ini kepada ibunya, ia pun mencari keberadaan sapi tersebut di lokasi yang telah ditunjukkan oleh sang ibu. Ia pun memanggil nama si sapi, seperti yang telah diberitahu oleh ibu.
“Labbaik…(arti: aku datang)”. Tak terduga muncul suara tersebut diiringi oleh kedatangan seekor sapi yang begitu indah dipandang. Itulah satu-satunya sapi yang bisa berbicara di dunia ini, karomah yang diturunkan kepada ayahnya yang sholeh.
Ia pun kembali ke gubuknya sambil membawa sapi warisan. Lalu sang ibu menyuruhnya untuk menjual sapi tersebut di pasar seharga 3 dinar (kalau nilainya sekarang kira-kira 30 juta). Untuk menuruti perintah sang ibu, anak lelaki tersebut pun pergi ke pasar diiringi oleh sapi ajaibnya. Lalu di tengah jalan ia bertemu seseorang.


Rupanya malaikat jibril menjelma menjadi seorang lelaki yang menemui anak sholih di tengah perjalanannya menuju pasar. Malaikat jibril pun bertanya pada si anak perihal sapi yang dia bawa. Berikut kira-kira percakapannya.
“Apakah kau berniat menjual sapi tersebut ke pasar?” tanya malaikat Jibril mula-mula. Lalu si anak mengangguk.
“Bolehkah aku membelinya? Berapa harganya?”
“3 dinar, tuan.”
“Tidak bisakah kutawar? 2 dinar mungkin?”
“Maaf, tuan, tidak bisa.”
“Baiklah. Bagaimana kalau saya beli seharga 6 dinar?”
“Maaf, tuan, ibu saya menyuruh saya untuk menjual sapi ini seharga 3 dinar.”
“Cobalah tanyakan pada ibumu.”
Anak lelaki tersebut pulang lalu menceritakan pertemuannya dengan seorang lelaki di tengah perjalanannya menuju pasarlalu meminta pendapat ibunya. Ibunya memperbolehkannya untuk menjual dengan harga segitu. Lalu si anak kembali menemui lelaki jelmaan malaikat Jibril.
“Bagaimana kalau saya membelinya seharga 9 dirham?” tanya lelaki tersebut, berniat mengetes si anak.
Maka kembalilah sang anak sholeh tersebut ke gubuknya untuk bertanya kepada ibunya. Jawaban ibunya pun sama. Maka kembalilah anak tersebut menemui malaikat jibril.
“Bagaimana kalau saya membelinya seharga 12 dirham?” pertanyaan yang sama diucapkan malaikat Jibril.
Untuk ketiga kalinya si anak menemui ibunya. Kali ini ucapan ibunya berbeda.
“Tahukah kau siapa lelaki yang kau temui itu, nak? Beliau adalah Jibril yang menjelma. Temuilah dia lagi.” Ibu sholihah tersebut tahu informasi tersebut langsung diberitahu oleh Alloh. Itulah karomah dari Alloh untuk sang ibu yang sholihah.
Maka sang anak kembali menemui lelaki yang sudah tiga kali ia temui. Setelah mengetahui identitas lelaki tersebut, si anak langsung meminta penjelasan untuk apa dia menemuinya.
Beginilah jawaban malaikat Jibril : “Jangan kau jual sapi ini kecuali pembelinya mau membayar seberat bobot sapi ini atau sebesar badan sapimu ini.”
Setelah itu, terjadilah pertemuan antara pemuda sholeh ini dengan salah satu utusan bani isroil. Dari anak lelaki inilah sapi yang merupakan salah satu mukjizat Nabi Musa AS didapat.

Ibroh yang bisa kita ambil dari cerita anak lelaki dan ibunya ini antara lain:
  • Anak lelaki:
  1. Berbakti kepada orang tua. Anak yang diceritakan pada kisah diatas memahami pentingnya berbakti kepada orang tua. Tentunya kesadaran ini tak lepas dari didikan orang tua yang menanamkan hal tersebut sejak kecil.
  2. Tidak mementingkan diri sendiri. Saya sempat terharu begitu mendengar pembagian waktu si anak. Sungguh tak ada waktu untuknya “bersenang-senang”, tidak sepertiku  T____T
  3. Bersedekah tidak tunggu kaya. Dalam kisah di atas, anak tersebut tetap menyisihkan hartanya (sepertiga bahkan) untuk diberikan kepada orang lain yang membutuhkan. Padahal keluarganya sendiri bukanlah termasuk mampu. Hal ini meninju dada saya karena begitu jarangnya saya menyisihkan sebagian harta untuk diberikan kepada yang lebih berhak.
  4. Keteguhan hati. Sang anak begitu teguh memegang prinsip hidupnya, ia tak gampang goyang.
  5. Dalam percakapan dengan malaikat Jibril tersirat makna si anak tidak mementingkan dunia. Kalau saja kita yang ditawari begitu, barang yang kita jual akan dibeli dengan harga 2 kali lipat saja langsung kita berikan, apalagi 4 kali lipat. Sedangkan si anak begitu mendapat tawaran itu langsung ingat pesan ibunya. Maka ia pun meminta pendapat ibunya, bukan meminta izin kepada ibunya untuk menerima harga tersebut.  
  • Ibu
  1. Dari poin di atas, dapat diambil pelajaran juga seorang ibu yang baik. Yang ia ajarkan pada anaknya bukan “Sekolah yang pinter ya nak…” tapi “Patuhilah segala perintah Alloh.” Ia tidak menanamkan kecintaan pada dunia. Itulah sosok ibu yang baik.

2 komentar: